Agama Sebagai Unsur Pemersatu Umat
Oleh Munasir (0807958)
Terjalinnya persatuan dan kesatuan umat merupakan unsur terpenting dalam menegakkan masyarakat dan pemerintahan yang kuat, damai, dan sejahtera. Sebaliknya, perpecahan dan perceraian umat akan menjadikannya lemah, tidak damai, dan mudah dikuasai oleh kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan. Manusia akan bersatu manakala hak-hak kemanusiannya dihargai dan dihormati,memilki toleransi yan g tinggi, serta tidak ada pembedaan (diskriminasi) dan penindasan. Itulah fitrah manusia yang dapat menjadi unsur pemersatu. Oleh karena itu, pengakuan terhadap keanekaragaman warna kulit, suku, ras, dan juga agama harus dijunjung tinggi.
Setali tiga mata uang, sejarah menyatakan bahwa agama Islam lahir di tengah bangsa Arab yang memiliki panatisme suku, agama, dan keturunan. Islam membawa konsep bahwa derajat manusia itu tidak dilihat dari keturunan, ras, warna kulit, atau jenis kelamin. Semua manusia sama di mata Tuhannya, kecuali mereka yang memiliki ketaqwaan. Sebagaimana firman-Nya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurot: 3)
Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah telah menciptakan manusia terdiri dari berbagai jenis suku bangsa dan membekali manusia dengan berbagai agama. Model penciptaan manusia seperti itu jelas sekali-kali tidak dimaksudkan untuk memecah belah manusia atau menjadikan mereka saling bermusuhan satu sama lain. Sebaliknya, berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada manusia didorong untuk saling mendekat dan saling berkerjasama berlandaskan kesadaran bahwa sesungguhnya mereka adalah umat yang satu, yaitu umat yang bernama manusia. Namun ada titik penekanannya yaitu mereka yang memiliki kemuliaan adalah manusia yang paling bertakwa di sisi Allah.
Islam juga mengajarkan bahwa manusia harus berpegang teguh pada tali Allah dan jangan bercerai berai, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran: 103 “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Hanya ideologi Islam yang mampu menyatukan umat manusia. Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah saw karena wahyu yang dibawanya memiliki kemampuan menyatukan manusia. Semasa Beliau hidup, sejak berdirinya pemerintahan Islam pertama di Madinah, Islam mempersatukan dan mempersaudarakan berbagai suku dan bangsa. Berbagai kabilah/suku di Makkah yang dulu sering bertentangan dipersaudarakan dengan kalimat tauhid. Macam-macam suku di Madinah, termasuk suku Aus dan Khajraj yang ratusan tahun tak pernah berhenti bertikai, dipersatukan di bawah Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh. Makkah dan Madinah yang berbeda karakteristik, budaya dan adat kebiasaan pun dipadukan membentuk suatu masyarakat baru, masyarakat Islam. Karenanya, “Mereka membawa bukan hanya ideologi baru, tetapi juga mengilhami energi dan kepercayaan (confidence) yang sedemikian radikalnya mengubah manusia dan masyarakat dimana ia tinggal. Mereka melengkapi pengobar semangat buat abad baru dan kemajuan kebudayaan di peradaban, seni dan ilmu, material dan spiritual.
Tidak diragukan lagi, ajaran Islam yang tidak membeda-bedakan manusia dari berbagai golongan (ras, suku, dan warna kulit) telah mampu menyatukan umat manusia dengan latar belakang yang berbeda. Semua perbedaan itu diikat dalam satu persamaan, yaitu satu keimanan.
Tidak hanya dalam intern umat Islam saja, ajaran Islam pun menghendaki persatuan seluruh umat manusia yang memiliki perbedaan keyakinan dengan membawa konsep rahmatal lil alamin. Islam menghargai perbedaan keyakinan, dan tidak pernah memaksakan keyakinan kepada orang-orang yang telah beragama. Sehingga, antar umat beragama bisa hidup dengan rukun.
Demikianlah peran agama dalam mempersatukan umat manusia yang beragam.