Makalah
"Bermunculannya Nabi Palsu di Indonesia"
KATA PENGANTAR
"Bermunculannya Nabi Palsu di Indonesia"
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Tugas kelompok ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah tersebut di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia.
Makalah ini membahas mengenai “Bermunculannya Nabi Palsu di Indonesia”. Bahasa yang kami pergunakan dalam menerangkan tiap-tiap bagiannya sangat mudah dipahami sehingga pembaca tidak terlalu pusingkan.
Dalam penyusunan makalah ini, tim penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak, mungkin tidak akan terselesaikan. Karena itu dengan penuh keikhlasan, tim penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhirnya kami, tim penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca yang memerlukannya.
Bandung, Maret 2008
Tim penulis
Tim penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
A. Latar Belakang Masalah 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Sistematika Penulisan 3
BAB II Landasan Teori 5
A. Pengertian Nabi Dan Rasul 5
B. Agama dan Misi Para Nabi 5
C. Kerasulan Nabi Muhammad Saw 6
D. Nabi Muhammad Adalah Nabi Terakhir 17
BAB III Pembahasan Masalah 22
A. Fenomena Nabi Palsu 22
B. Nabi-nabi Palsu di Indonesia 24
C. Faktor-faktor maraknya bermunculan nabi palsu dan aliran sesat 26
D. Dampak dari bermunculan nabi-nabi palsu 29
E. Solusi Menghadapi maraknya bermunculan Nabi Palsu 29
BAB IV Kesimpulan 32
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
Pendahuluan
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini marak bermunculan nabi-nabi palsu di Indonesia dan ini sangat meresahkan masyarakat karena dapat merusak akhlak dan juga mengganggu kenyamanan ketentraman dan keamanan umat beragama, oleh karena itu kami menulis makalah ini agar kita mengetahui mengapa sampai banyaknya orang yang mengaku nabi dan kita mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasinya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini karena terlalu luas pokok masalahnya maka kami membatasi masalahnya yaitu:
1) Fenomena nabi palsu di Indonesia
2) Faktor-faktor yang menyebabkan banyak bermunculan nabi palsu dan aliran sesat di Indonesia
3) Solusi menghadapi maraknya nabi palsu
C. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Sistematika Penulisan
BAB II Landasan Teori
A. Pengertian Nabi Dan Rasul
B. Agama dan Misi Para Nabi
C. Kerasulan Abi Muhammad Saw
D. Nabi Muhammad Adalah Nabi Terakhir
BAB III Pembahasan Masalah
A. Fenomena Nabi Palsu
B. Nabi-nabi Palsu di Indonesia
C. Faktor-Faktor Maraknya Bermunculan Nabi Palsu Dan Aliran Sesat
D. Dampak Dari Bermunculan Nabi-Nabi Palsu
E. Solusi Menghadapi Maraknya Bermunculan Nabi Palsu
BAB IV Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
Bermunculannya Nabi Palsu
A. Pengertian Nabi dan RasulBermunculannya Nabi Palsu
Para Nabi adalah manusia pilihan Allah SWT yang bertugas untuk menyampaikan pesan Allah SWT melalui konsep Tauhid. Intinya agar manusia hanya mempercayai dan mengabdi kepada satu tuhan yaitu Allah SWT. Rasul adalah Nabi yang mendapatkan wahyu dari Allah S.W.T. untuk menyampaikan ajaran atau agama kepada umatNya.
Mengapa Allah mendatangkan Nabi rahmat lil al-alamin di Makkah, Jajirah Arab? Ternyata ada rahasia dibalik perbuatanNya itu. Arabia memang sangat strategis bagi perjuangan awal Islam. Dengan menggunakan metode tipologi, Nabi Muhammad memang memiliki keunikan yang tidak dimiliki nabi manapun. Sentuhan sentuhan manusia tampaknya dihindarkan dari beliau agar misi Illahi untuk menjadikan Islam sebagai agama dunia benar-benar berhasil.
Semua Nabi memililiki mu’jijat yang disaksikan umat dan musuhnya pada saat itu juga. Tapi mu’jijat paling Nabi terakhir, Al-quran, justru tersaksikan manusia disemua tempat dan sepanjang zaman
B. Agama dan Misi Para Nabi
Apakah para nabi membawa agama yang satu ataukah berlain-lainan? Misalnya Nabi Luth a.s. membawa agama Kong Fu Tsu, Nabi Musa a.s. membawa agama Yahudi, Nabi Isa a.s. membawa agama Kristen, dan Nabi Muhammad SAW membawa agama Islam, apakah semua Nabi hanya membawakan agama Islam?
Kita coba pakai akal saja. Bukankah Tuhan itu Satu? Bukankah Tuhan seluruh Nabi juga Satu, bahwa Tuhan Luth, Musa dan Isa a.s. adalah juga Tuhannya Muhammad SAW? Bahwa Tuhan yang kita sembah sekarang adalah juga Tuhannya manusia zaman dulu? Tidak bisa tidak, akal kita pasti menjawab ”Ya”. Sekarang kita dapat dengan mudah menjawab pertanyaan tadi. Karena Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa, bahwa Allah SWT adalah Tuhannya Nabi terakhir, yang juga tuhannya para Nabi a.s., bahwa Allah SWT adalah Tuhan kita, yang juga Tuhan manusia tempo dulu, maka Agama yang dibawakannya pun pasti sama. Ya, mungkin bisa namanya berbeda karena perbedaan bahasa. Tetapi jika diartikan kedalam bahasa Arab, terjemahannya menjadi ”Islam”.
Dengan demikian Agama seluruh Nabi adalah Islam. Kita dapat menelaahnya berdasarkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para Nabi ternyata sama, membawa keimanan yang sama, membawa syari’at (ajaran) yang sama. Coba baca terjemahan Al-Quran, buka dafar isisnya dan cari ayat-ayat tentang Nabi-nabi, pasti pembaca mendapatkan jawaban yang demikian. WA NAHNU LAHU MUSLIMIN.
C. Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Sepanjang jalan Allah SWT selalu mengutus Nabi-nabi. Tidak ada satu zaman pun yang kosong dari kenabian. Para Nabi datang silih berganti hingga ditutupnya kenabian oleh Muhammad bin Abdullah. Nabi Muhammad SAW disebut-sebut sebagai teladan umat sepanjang zaman, yang menjadi pokok permasalahan kita tidak sempat berjumpa (secara fisik) dengan beliau, bagaimanakah cara menteladaninya?
Pribadi Nabi Muhammad SAW
Kisah Maria Al-Kibti, Raja Muqouqis, dan Nabi SAW
Pembaca pernah mendengar kisah Maria? Bukan ibunda Nabi Isa a.s., melainkan istri Nabi kita SAW. Dia orang jauh, dari seberang Jazirah Arabia, tepatnya orang Sungai Nil di Mesir. Ayah-ibunya selain berbudi pekerti luhur, juga tampan dan cantik, cerdas dan juga berakhlak mulia. Diberi nama Maria justru dengan harapan agar kelak puterinya dapat menteladani ibunda Al-Masih, Maryam. Kedua orangtua Maria memang beragama Kristen. Maria lahir disaat agama Islam baru tumbuh di Mekkah.
Semasa usia SLTP, Maria justru menampilkan perilaku dewasa. Karena itulah ia bersama adik perempuannya, Sirin, diminta hidup di Istana Raja Muqouqis. Tidak sulit mendidik kedua gadis ini. Di lingkungan istana inilah Maria tumbuh sebagai gadis jelita yang menawa hati, berbudi pekerti luhur, penuru, jujur, sabar, dan amat horma. Maria merpakan wanita terpandang asuhan Raja Muqouqis dan menjadi suri tauladan bagi gadis-gadis di sekitar istana.
Pada zaman dahulu banyak istana yang mendidik para gadis dalam menjalin persahabatan dengan negara lain karena biasanya sang Raja menikahkan gadis istana dengan Raja atau pembesar negara lain yang menjadi sahabatnya. Gadis teladan di lingkungan istana dinikahkan dengan Raja atau pembesar dari negara sahabat yang paling dihormati dan dimuliakan. Demikian halnya dengan Istana Muqouqis. Sudah banyak gadis istana yang dinikah para pembesar mancanegara. Dan pada waktu itu, gadis mesir memang sangat terkenal, baik kecanikan ataupun budi pekertinya. Tapi dengan siapakah Maria akan menikah?
Pusat Islam kemudian berpidah dari Makkah ke Yasrib, Madinah. Dari sinilah mula-mula Islam menyebar ke seluruh pelosok Jazirah Arabia. Tapi, Nabi terakhir ditugaskan untuk menyebarkan Islam bagi seluruh umat manusia, di manca negara, bukan bagi bangsa Arab saja. Ditugaskanlah beberapa orang sahabat untuk surat seruan masuk Islam kepada Raja-raja manca negara. Hatib bin Abi Balta’ah ditugaskan untuk menyampaikan surat da’wah kepada raja Muqouqis. Tidak diketahui apakah Raja menerima seruan Nabi SAW apakah menolaknya. Ketika Hatib menjelaskan tentang pribadi Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam, Raja Muqouqis yang beragama Kristen mengangguk-anggukan kepalanya, Raja merenung semalaman. Esok harinya Raja meminta maaf dengan menyatakan bahwa kaum Qibthi sangat memegag teguh kepercayaan lamanya. Tapi kemudian Raja Muqouqis menitipkan beberapa hadiah bagi Nabi Muhammad SAW. ”Aku titipkan dua gadis Qibthi yang sangat terpandang, Maria dan Sirin, mudah-mudahan berkenan untuk Muhammad”, ujar Muqouqis di ruang kerjanya dengan penuh kesungguhan. Sampaikan pula salamku untuk kaum muslimin di sana, tambah Muqouqis.
Dalam perjalanan pulang ke Madinah, Maria yang cerdas dan sangat memahami agama Kristen, banyak bertanya tentang pribadi Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam. Hatib dengan sangat cermat dan sangat rinci menjelaskan setiap aspek kepribadian Nabi mulia dan ajaran Islam. Setiap penjelasan Hatib mengundang rasa penasaran Maria, mengundang pertanyaan baru. Untung saja Hatib dapat menjelaskan setiap pertanyaan Maria. Begitu Hatib memberikan penjelasan baru, hati Maria dan Sirin semakin condong pada Islam; dan setiap Hatib memberikan penjelasan baru tentang pribadi Nabi Suci, Maria semakin kagum dan jatuh cinta pada manusia teladan itu. Tanpa terasa perjalanan yang cukup panjang dan biasanya sangat melelahkan, dilalui oleh mereka dengan perasaan gembira. Ingin sekali segera sampai dan bertemu dengan Nabi Agung yang disebut-sebut Hatib, ungkap Maria dalam hatinya.
Akhirnya mereka sampai pula di Madinah. Ternyata apa yang disampaikan Hatib tepat sekali. Maria dan Sirin menyampaikan salam dan hormat kepada Nabi Muhammad SAW dan menyampaikan pula salam dari Raja Muqouqis serta menyatakan bahwa mereka berdua sebagai wakil kaum Qibthi.
Maria yang semula kagum dengan ajaran Islam, kagum dengan pribadi Mulia Nabi, dan setelah bertemu langsung tertarik pula dengan wajah Nabi yang sangat tampan. Kita dapat membayangkan, betapa tampannya Nabi Yusuf a.s. ketika disuguhi buah apel beserta pisaunya, para wanita tanpa sadar mengupas lengannya hingga terluka dan patah, karena melihat ketampanan nabi Yusuf a.s. Nabi Muhammad SAW lebih tampan dibanding Nabi Yusuf a.s., dan keringatnya pun harum melebihi minyak wangi yang paling harum. Sangat wajar dan pantas bila Maria Al-Qibthi menyatakan keinginannya untuk diperistri oleh nabi SAW. Kemudian Nabi SAW menikahi Maria dan melahirkan seorang anak, namun wafat ketika masih kecil.
Muhammad SAW Manusia Agung
Sejak dalam kandungan, ayah Nabi SAW, Abdullah bin Abdul Muthalib telah meninggal dunia. Setelah lahir pun Nabi Muhammad tidak disusukan dan diasuh oleh Siti Aminah binti Wahab, ibunya. Memang secara kebetulan ada tradisi Arab Quraisy menyusukan anak selama dua tahun di pedesaan. Tapi Nabi Muhammad menyimpang dari tradisi. Setelah beliau disusukan selama dua tahun oleh Hallimatus Sa’diyah, Siti Aminah mengembalikan putera kesayangannya ke pedesaan. Hampir empat tahun Muhammad kecil dipelihara Tsuwaibah Aslamiyah, ibu pengasuh lainnya. Menjelang usia enam tahun Muhammad kecil kembali kepangkuan ibunya yang sudah sakit-sakitan. Sayang, tidak lama kemudian ibu kandung yang mulia meninggalkan anak kecil untuk selama-lamanya. Calon Nabi terakhir ini kemudian dipelihara oleh kakeknya yang sudah sangat tua, Abdul Muthalib, dengan penuh kecintaan. Sayang sekali kakeknya pun meninggal ketika Muhammad kecil sangat memerlukan kasih-sayangnya. Beruntung, sebelum meninggal Abdul Muthalib berwasiat agar anak-anaknya menjaga sang cucu tercintanya. Diantara anak-anaknya ada yang kaya-raya tetapi ada juga yang miskin. Walaupun anak-anaknya berebut ingin mengasuh cucunya yang satu ini, tapi firasat kuat kakenya justru menunjuk Abu Thalib, salah seorang anak kesayangannya yang bermoral tinggi hanya miskin harta. Alasan karena pamannya yang miskin itulah yang membuat Muhammad seusia anak SD kembali ke gurun pasir dengan dengan dalih berburuh menggembala kambing. Setiap pagi beliau pergi ke gurun dan sore hari pulang ke rumah Abu Thalib. Alasan itu juga yang membuat Muhammad tidak bersekolah, selain tidak terdapatnya sekolah di Jazirah Arabia. Memang ada 1-2 Kuttab, tempat belajar tulis-baca dan syair di Makkah dan di tempat lainnya. Tapi beliau tidak bersekolah. Hingga diangkat menjadi seorang Nabi pun beliau tidak bisa menulis dan membaca.
Sekarang coba bandingkan dengan keadaan di Eropa dan Persia yang pada saat itu telah memiliki dan mendirikan universitas-universitas dengan para filosof dan saintisnya yang berotak. Jika membaca kitab-kitab klasik sebelum abad VI masehi tidak terdapat kata ”Arab”. Ini menunjukan bahwa Arabia merupakan daerah asing yang tidak diperhitungkan oleh negara-negara maju saat itu. Dengan kata lain, Nabi Muhammad SAW justru lahir dari daerah yang tidak maju, yang tidak diperhitungkan dunia-dunia maju saat itu.
Watak Muhammad SAW
Beliau tetesan darah bapak para Nabi, Nabi pendiri Ka’bah dan Nabi kekasih Allah, Ibrahim a.s., melalui Nabi yang rela dikurbankan disembelih ayahnya demi memenuhi perintah Allah, Nabi yang bersama ayahnya mendirikan Ka’bah, Ismail a.s. Beliau lahir dari keluarga pemelihara Ka’bah.
Akhlak para Nabi telah benar-benar mempribadi sejak dini pada diri beliau. Abu Thalib, wali beliau, sangat ta’jub dengan perilaku keponakannya. Beliau benar-benar berbeda dengan anak-anak sebayanya.
Sejak masa kecil, beliau merasa puas dengan makanan yang sedikit dan selalu menghindarkan diri dari sifa berlebih-lebihan. Idak pernah menunjukan minat dan kerakusan terhadap makanan. Beliau selalu memelihara dan merawat secara rapih wajah dan rambutnya, menyenangi kebersihan dan wewangian bagi diri dan rumah.
Suatu hari Abu Thalib meminta agar Muhammad kecil mengganti pakaian dihadapannya untuk kemudian tidur. Karena hormat dengan paman pemeliharanya, beliau meminta agar pamannya memalingkan wajahnya. Beliau tidak pernah berdusta, tidak pernah tertawa tanpa alasan, tidak pernah tertarik pada mainan anak-anak, lebih menyukai sendirian, dan selalu rendah hati. Belia tidak suka iseng dan membenci kemalasan.
Beliau sangat jujur sehingga mendapat gelar ”Al-Amin” (yang terpercaya). Di masa mudanya beliau mendirikan suatu perkumpulan ”Hilful Fudhul” (perkumpulan keutamaan) untuk membela hak-hak orang lemah dan menentang para penindas. Perkumpulan ini selalu dikenang oleh beliau.
Terhadap keluarga beliau sangat baik. Berbeda dari kebiasaan orang Arab saat itu beliau tidak pernah berkata kasar pada isterinya. Beliau selalu mentolelir ucapan yang menyakitkan hati dari sebagian isterinya. Beliau selalu menganjurkan untuk bersikap sopan terhadap wanita. Beliau sangat baik dan pengasih kepada anak-cucunya, meletakan mereka diatas pangkuan dan bahunya, dan menciumnya, disaat kebiasaan itu tidak ada pada kalangan bangsa Arab. Beliau pun sangat baik kepada budak-budaknya.
Apabila duduk beliau tidak pernah menjulurkan kakinya di hadapan orang lain tidak pernah menyandarkan punggungnya bila sedang berhadapan dengan orang lain. Dalam pertemuan, beliau selalu meminta duduk melingkar agar semua orang menempati posisi yang sama. Belia memperlihatkan kasih sayang kepada sahabat-sahabatnya. Bila tidak berjumpa selama tiga hari, beliau suka menanyakannya apakah sakit atau punya masalah. Jika memang demikian, beliau selalu mengunjunginya dan membantunya.
Beliau hidup sederhana. Tidur di atas tikar, biasa duduk di lantai, memerah susu kambing, menunggang kuda dan unta tanpa pelana. Beliau terbiasa memperbaiki sepatu dan pakaiannya sendiri. Makanan beliau terbuat dari roti gandum dan kurma. Tetapi beliau tidak menyukai kemelaratan. Beliau menegaskan perlunya memiliki uang dan kekayaan demi kepentingan masyarakat dan untuk dibelanjakan secara halal.
Selama masa hidupnya, terutama dalam masa kenabian, beliau menghadapi situasi yang sulit dan penuh rintangan. Tapi beliau tabah dan penuh keyakinan bahwa ajaran yang benar pasti menang. Beliau bekerja dengan tertib dan disiplin. Walaupun segala perintah beliau ditaati oleh para pengikut setianya, beliau tidak pernah bertindak diktator, beliau mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah.
Ada kalanya beberapa sahabat menunjukan keberatannya terhadap keputusan Nabi SAW. Tapi beliau dengan penuh sabar mau mendengarkan kritikan. Beliau sangat membenci sifat penjilat dan beliau berkata ”lemparkanlah debu kemuka orang yang suka menjilat”. Beliau sangat pemaaf dan suka memohonkan ampun kepada Allah bagi orang yang beriman.
Beliau tidak pernah memanfaatkan kelemahan dan kebodohan masyarakat demi kepentingannya. Beliau justru selalu berusaha keras memerangi kelemahan dan kebodohan dengan cara menyadarkannya. Beliau mendorong orang untuk mencari ilmu hingga ke negeri cina sekalipun.
Dalam beribadah, beliau selalu menghabiskan sebagian malamnya, kadang-kadang 1/3 , 1/2 atau 2/3 ,malam, untuk shalat, padahal sepanjang siang harinya bekerja keras.
Sebagian telah diuraikan diatas, bahwa pribadi Nabi Muhammad S.A.W. memang sejak kanak-kanak suka menyendiri, tidak begitu suka bergaul beramai-ramai dengan orang banyak. Selanjutnya dikala telah dewasa dan sebagai seorang pemuda, perangai beliau yang utama itu tetap ada pada pribadi beliau tidak dapat diperdayakan oleh atau dipengaruhi oleh suasana yang terjadi disekelilingnya.
Setelah pribadi Nabi s.a.w. berusia 40 tahun, maka kian hari kian mendalam hasratnya untuk menjauhkan diri dari masyarakat ramai, maka ketika itu beliau sudah sering kali pergi meninggalkan keluarga dan rumah tangganya untuk mencari tempat dimana disekitarnya baik untuk berkhalwat, dengan tujuan hendak menenagkan diri, pikiran, menjernihkan angan-angan, yang selanjutnya, guna mencari kebenaran yang hakiki.
Tidak lama kemudian beliau mendapati suatu gunung yang ada guanya, berada di suatu tempat yang sunyi-senyap, yang letaknya kira-kira tiga mil disebelah utara kota Mekkah. Gunung itu tingginya kurang lebih 200 meter dan terkenal dengan nama jabal ”Hiraa” dan guanya terkenal juga dinamakan gua ”Hiraa”. Oleh pribadi Nabi s.a.w ketika itu dipandang untuk temapt berkhalwat dan mengasingkan diri dari keramaian.
Setelah berulang-ulang pribadi Nabi s.a.w. berkhalwat dalam tempo beberapa bulan, maka pada suatu malam didalam tidur, beliau bermimpi melihat cahaya terang, seperti cahaya terang di waktu shubuh. Berhubung dengan itu, maka beliau di kala itu menjadi gemar berkhalwat dan bertahanuts di gua Hiraa tesebut.
Hati nurani beliau mendorong dan mendesak supaya terus berkhalwat, terus menasingkan diri dari keraimaian di dalam gua Hiraa tersebut untuk mncari kebnaran yang hakiki. Maka beliau pun terus berkhalwat dan tambah gemar mengasingkan diri di gua tersebut. Dengan demikian, beliau di kala itu sudah dapat bayangan, bahwa kebenaran yang dicarinya dan dituntutnya itu pasti ada dan tentu dapat dicapainya.
Pada hakikatnya, beliau berbuat dan dan mengerjakan seperti itu memang sudah menjadi kehendak Allah S.W.T, Tuhan semesta alam. Karena pada saat itulah beliau akan menerima keangkatan dan penetapan menjadi Nabi dan Rasul Allah yang terakhir.
Kemudian setelah enam bulan lamanya, beliau berkhalwat dan betahanuts di gua Hiraa tersebut, usia beliau dikala itu menginjak usia yanga keempat puluh (40), maka beliau bertanya kepada diri sendiri....... atas perbuatannya yang telah sekian lama dikerjakannya itu. Beliau merasa khawatir dalam hati kecilnya terhadap apa yang telah dikerjakannya selama berkhalwat itu,kuatir atas dirinya sendiri, kalau dirinya tergoda atau mendapat godaan dari jin dan sebagainya, sebagaimana beliau sering berkhlawat di dalam gua-gua yang jauh dari keramaian dan tempat –tempat yang sunyi senyap.
Beliau dikala itu tidaklah begitu mengerti akan adanya dorongan ghaib sepenting itu; yang terguris dalam hati beliau di kala itu; bahwa beliau sudah dekat sekali, akan diangkat sebagai Nabi penutup dan Rasul yang terakhir, untuk penduduk ditanah Arab khususnya dan untuk segenap umat manusia yang ada di alam semesta ini.
Kemudian pada suatu malam, di tengah malam yang gelap gulita, beliau yang sedang tidur nyenyak, tiba-tiba ada sesorang yang masuk kedalam gua Hiraa tersebut, dengan kedatangannya beliau sangat kaget dan menakutkan karena beliau tidak mengenal sama sekali orang itu, sehingga beliau terbangun dan seketika itu juga oran itu berakata dengan suara yang keras kepada beliau, demikian :
”Gembiralah ya Muhammad ! Saya Jibril, dan engkau adalah Rasul ALLAH kepada umat ini”.
Orang itu dengan menunjukan sehelai kertas yang bertuliskan, lalu memrintahkan kepada beliau supaya membaca tulisan itu, ia berkata :
”Bacalah olehmu, ya Muhammad”
Dengan terperanjat beliau menjawab :
”Saya tidak dapat membaca”
Orang itu lalu memegang diri Nabi Muhammad s.a.w. sambil memeluknya dengan sekeras-kerasnya, kemudian dilepaskan sambil berkata lagi :
”Bacalah olehmu, ya Muhammad”
Beliau menjawab :
”Saya tidak dapat membaca”
Orang itu lalu memegang kembali diri Nabi Muhammad s.a.w. sambil memeluknya dengan sekeras-kerasnya, sehingga beliau merasa seakan akan nafasnya akan putus, lantas dilepaskannya kembali dan berkata lagi :
”Bacalah olehmu, ya Muhammad”
Beliau menjawab :
”Saya tidak dapat membaca”
Orang itu lalu memegang kembali diri Nabi Muhammad s.a.w. sambil memeluknya dengan sekeras-kerasnya, sehingga beliau merasa seakan akan nafasnya akan putus, lantas dilepaskannya kembali dan berkata lagi :
”Bacalah olehmu, ya Muhammad dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, olehmu! dan Tuhan mu yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq [96] : 1-5)
Dengan pertolongan Allah S.W.T. seketika itu beliau dapat membaca apa yang telah dibacakan oleh orang yang belum pernah dikenal dan yang mengaku namanya jibril tersebut.
Sepeninggal Jibril dari tempat itu dengan hati yang sangat takut, perasaan yang amat terkejut, tubuh amat gemetar dan beliau bertanya-tanya pada dirinya sendiri : Apkah gerangan yang dilihat dan dialaminya itu; tidakkah itu suatu godaan daripada jin atau syetan sebagai yang telah dikhawatirkan oleh beliau sebelumnya. Beliau menoreh kekanan dan kekiri, tetapi tidak ada seorangpun yang terlihat. Seluruh badan beliau terus menerus gemetar dan dalam hati beliau ada rasa ketakutan, barangkali di dalam gua yang sempit itu ada apa-apa, yang akhirnya beliau mencari jalan keluar dari gua tersebut. Keluar dari gua tersebut dan berjalan menuruni bukit itu dengan penuh rasa khawatir dan takut.
Sesudah beliau keluar dan turun dari gua Hiraa, dalam hati beliau terus bertanya seorang diri : ”siapakah gerangan yang datang tadi itu, yang dengan suara yang keras memerintahkan supaya membaca, membaca dengan nama Tuhan engkau yang telah menciptakan; yang telah menjadikan manusia dari segumpal darah itu?”. Dalam keadaan yang sedahsyat itu, beliau terus menerus berjal;an menuruni bukit, dengan perlahan-lahan dan sangat berhati-hati, karena tubuh masih dalam keadaan gemetar, akhitnya sampailah beliau kebawah dan seketika itu beliau pulang ke Mekkah, ke rumah Khadijah, istrinya yang telah beberapa bulan ditinggalkannya itu.
Demikianlah riwayat pertamakali Nabi Muhammad S.A.W. menerima wahyu dari hadirat ALLAH, yang diantarkan dan disampaikan kepada beliau dengan perantaraan malaikat jibril, dan pada malam hari itulah beliau menerima angkatan dan penetapan dari hadirat Allah s.w.t menjadi Nabi sekaligus Rasul terakhir, untuk menyampaikan Risalah-Nya kepada segenap umat manusia yang ada di seluruh alam semesta.
D. Nabi Muhammad SAW Adalah Nabi Terakhir
Berdasarkan info sebanyak 124.000 Nabi a.s., 313 diantaranya adalah Rasul a.s. telah diutus oleh Allah SWT ke tengah-tengah kita, umat manusia. Al-Quran sendiri hanya mengabarkan sebanyak 25 Nabi dan Rasul a.s.
Sejak Nabi Adam a.s. hingga Nabi Isa a.s. para Nabi datang silih berganti, seiring dengan zaman, dan dalam waktu yang (hampir) bersamaan diturunkan beberapa Nabi. Nabi Ishaq a.s. dan Nabi Ismail a.s. datang selagi Nabi Ibrahim a.s. ada di tengah-tengah mereka; Nabi Yusuf a.s. datang selagi ayahnya Nabi Ya’kub a.s. masih ada; demikian juga Nabi Yahya a.s. dengan Nabi Zakariya a.s., kemudian Nabi Isa a.s. Bahkan Nabi Harun a.s. dengan Nabi Musa a.s. diutus secara bersamaan kepada satu kelompok dan dalam waktu yang bersamaan kepada satu kelompok dan dalam waktu yang sama. Sejak kedatangan Rasulullah SAW, umat manusia diingatkan bahwa tidak akan ada lagi utusan Allah sepeninggal Beliau. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT. berfirman,
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ahzab [33] : 40).
”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa [21] :107)
Tapi dari Nabi Isa a.s. hingga Nabi Terakhir, berselang enam abad, tidak terdengar adanya seorang Nabi yang diutus. Para Nabi sebelumnya, seperti Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. memang telah mengabarkan tentang akan adanya seorang Nabi Besar, Nabi yang diutus untuk seluruh manusia dan jin, bukan untuk kelompok manusia yang tertentu saja, seorang Nabi Penutup. Masyarakat pun menunggu-nunggu kedatangannya. Tapi dalam waktu yang cukup panjang, selama lima ratus tahun Nabi yang ditunggu itu tidak pula muncul.
Para Nabi a.s., terlebih-lebih menjelang ditutupnya kenabian, banyak berdatangan di sekitar perbatasan Eropa dan Timur Tengah. Makanya masyarakat di sekitar tempat itu khususunya mengira bahwa Nabi yang terakhir itu akan datang dari tempat mereka. Tetapi secara tidak disangka-sangka Nabi yang ditunggu-tunggu ternyata datang dari daerah yang tidak dikenal, tempat Nabi Ibrahim a.s. mengasingkan isteri dan putera tercintanya Nabi Ismail a.s., di Mekkah. Kebanyakan masyarakat pun berbalik, mengingkari kenabian Muhammad SAW. Mereka hanya mengakui Nabi-nabi lokal mereka bahkan memusuhi Nabi Terakhir dan para pengikut setianya.
Kita kembali pada tema di atas, mengapa kenabian ditutup? Kita cari ilustrasi. Agama Islam kita ibaratkan suatu pesan atau program umum, manusia sebagai anak, dan Allah SWT sebagai orangtua. Apakah seorang anak dapat memahami suatu pesan umum? Coba ingat-ingat saja kamu selagi masih kecil. Apakah kita mengerti istilah hemat, istilah nakal dan manis? Tentu saja tidak bisa, karena kecerdasan dan daya tangkap kita belum berkembang. Orang tua yang bijak biasanya menyampaikan pesan umum itu setahap demi setahap. Istilah hemat dikongkritkan, misalnya: uang kita yang Rp. 500,- jajankan saja Rp. 250,- dan sisanya ditabungkan; istilah nakal dikonkritkan dengan: mencubit adik, mengambil jambu tetangga, dsb, dan istilah manis dikongkritkan dengan kesanggupan anak menyapu lamtai, mencuci piring, belanja ke warung, dsb. Sekarang bila ibu kita berbicara ”coba hemat dikit sayang”, apakah kita masih belum mengerti? Jika telah dewasa kita pasti akan mengerti. Ibu kita menghendaki agar kita, misalnya jangan meminta uang yang berlebihan.
Demikian juga dengan Agama Islam dan manusia. Di masa lalu umat islam bagaikan anak kecil, belum bisa memahami agama Islam dengan sempurna. Oleh karena itu Allah Yang Maha Bijak dan Maha Tahu keadaan manusia menurunkan Nabi-nabi. Setelah masyarakat manusia dewasa, barulah Allah SWT menurunkan ajaran Islam yang sempurna. Bersamaan dengan itu ditutup pula kenabian
Coba telaah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan Al-Quran sebagai Kitab Sucinya. Apakah benar ada seorang nabi yang bernama Muhammad SAW? Kita dapat dengan mudah menunjukannya yaitu dengan sebuah bukti adanya makam Nabi Muhammad SAW yang berada di Madinah Semenanjung Arabia, di dalam Masjid Nabawi. Bandingkan dengan misalnya Nabi Idris a.s., apakah benar ada seorang Nabi yang bernama Yunus a.s.? selain dengan modal iman, kita tidak dapa menunjukan bukti yang kuat karena kita tidak tahu dan sejarahpun tidak mencatat dimanakah makam Nabi Idris a.s. dan Nabi Saleh a.s. Hal ini menunjukan bahwa di masa lalu belum dapat melestarikan suatu ajaran yang benar, pemuka agamanya pun tidak dapat menjaganya. Berbeda dengan saat pada zaman Nabi Muhammad SAW masyarakat telah dapat melestarikan suatu bukti keberadaan Nabinya. Telaah juga Kitab Suci. Seluruh penelitian membuktikan bahwa Al-Quran adalah juga Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Bandingkan dengan Kitab-kitab suci lainnya, jangan pun isinya, bahkan bahasanya pun telah berubah. Bahasa yang digunakan oleh para Nabi a.s. terdahulu semuanya telah mati, idak dipakai oleh seorang manusia pun. Berbeda dengan bahasa Arab, dari waktu kewaktu terus dilestarikan, terbukti dengan adanya pelajaran bahasa Arab dan Jurusan dan Sastra Arab di berbagai Universitas. Sejarah hidup, sabda-sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW pun terekam secara baik. Berjilid-jilid kitab dan beribu-ribu bahkan berjuta-juta halaman memenuhi lembaran kehidupan Nabi Muhammad SAW yang mulia.
Mungkin terdapat pertanyaan mengapa manusia sekarang mampu melestarikan agama Islam tanpa didatangkannya seorang Nabi? Itulah bedanya Ulama sekarang dengan Ulama pada zaman dahulu. Di masa-masa lalu hanya nabi a.s. yang dapat melestarikan ajaran dari Allah. Sungguh menajubkan, di masa sekarang ulama disebuah desa pun mampu melesarikan dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. Maka berdasarkan uraian diatas sudah sepantasnya apabila kenabian ditutup.
BAB III
Pembahasan
A. Penomena Nabi Palsu dan nabi-nabi palsu di IndonesiaPembahasan
Tidak ada yang lebih membuat hati kita sedih dan marah kalau ternyata ada nabi palsu. jaman canggih seperti sekarang bukan hanya uang atau barang-barang branded yang bisa dipalsukan, tapi nabi juga bisa dibikin tiruannya. Contohnya adalah apa yang diyakini sama orang-orang di aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Mereka mengaku sudah punya nabi lagi setelah Muhammad SAW. Malah mereka udah bersyahadat ulang dengan mengganti lafadz "wa asyhadu anna Muhammad ar rasulullah" menjadi "wa asyhadu anna al masih al maw'ud ar rasulullah". Astaghfirullahal adzim wa na'udzubillahi min dzalik! Markasnya digrebek umat, dan ajarannya dihujat sebagai sesat. Pastilah memang nyata-nyata sesat
Adalah seorang lelaki paruh baya bernama Ahmad Mushaddeq yang mengaku mendapat wahyu setelah bertapa di padepokannya di sebuah kawasan di Bogor. Setelah itu ia memproklamirkan diri sebagai nabi berikutnya setelah Rasulullah SAW dengan sebutan al-masih al-maw'ud. Ternyata, tidak sedikit orang yang percaya pada perkataan mantan pelatih bulutangkis nasional ini. Dari pemberitaan, sedikitnya 50 ribu orang pengikutnya tersebar di sejumlah kota di tanah air. Kebanyakan anak-anak muda, pelajar, dan mahasiswa.
Beruntung, tak lama kemudian sejumlah ormas Islam termasuk MUI bergerak. Pemimpinnya dilaporkan ke kepolisian, pengikutnya diajak bertobat, dan ajarannya dinyatakan sesat. Terakhir, sang nabi palsu ini pun menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.
Munculnya nabi-nabi palsu itu jelas tidak diakui oleh agama Islam. Sejak kedatangan Rasulullah SAW, umat manusia diingatkan bahwa tidak akan ada lagi utusan Allah sepeninggal Beliau. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT. berfirman,
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ahzab [33] : 40).
”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa [21] :107)
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga sudah berwasiat kepada kita semua bahwa memang tidak ada lagi nabi sepeninggal beliau. Sabdanya, "Dulu Bani Israil yang mengurus mereka adalah para nabi, jika salah seorang nabI wafat maka nabi yang lain menggantikannya. Tetapi sesungguhnya tak ada nabi setelahku, dan akan ada para khalifah dan jumlah mereka banyak." Para sahabat bertanya, "Maka apa yang engkau perintahkah pada kami?" Jawab Rasulullah SAW, "Penuhilah bai'at yang pertama dan pertama, dan berilah pada mereka hak mereka, sesungguhnya Allah akan menanyai mereka atas apa yang mereka urus." (HR. Muslim).
Nabi SAW juga pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, "Wahai Ali, tidakkah engkau ridha kedudukanmu di sisiku seperti Harun AS bagi Musa AS? Akan tetapi bahwasanya tak ada lagi nabi sepeninggalku." (HR. Bukhari).
Semoga semuanya jelas bahwa Rasulullah SAW adalah nabi terakhir tidak ada lagi nabi berikutnya. Pengakuan mereka yang menyatakan diri sebagai nabi lagi bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Palsu dan tidak kreatif. Pelakunya jelas berdosa besar dan pasti sudah keluar dari agama Islam (baca : murtad). Karena keimanan pada Allah juga harus dibarengi dengan iman pada kenabian Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul.
B. Nabi-Nabi Palsu Di Indonesia
1. Ali Taetang
berasal dari Banggai pada tahun 1956 ali taetang mendirikan aliran alian Imamullah. Aliran ini didirikan Haji Ali Taetang Likabu di Dusun Sampekonan, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Tak ada data pasti jumlah pengikutnya tetapi diduga ribuan orang menjadi anggotanya dan tersebar di seluruh Indonesia.Sebelumnya di daerah ini masyarakat menganut animisme, dinamisme, dan mistik. Secara umum ajaran Alian Imamullah sama dengan Islam tetapi paham ini mempunyai dua penyimpangan pokok yakni kepercayaan terbukanya pintu kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW sehingga Ali Taetang menyebut diri nabi. Kedua, dia mengubah syahadat rasul.
2. Zikrullah Aulia Allah
berasal dari Sulawesi Tengah. Zikrullah Anak kedua dari istri kedua Taetang ini mengaku mendapat wahyu tentang kenabian melalui mimpi. Aliran Zikrullah Aulia Allah baru berdiri pada 29 Agustus 2004 lalu. Aliran ini merupakan versi terbaru dari aliran Alian Imamullah yang didirikan ayahnya, Ali Taetang Likabu pada 1970-an. Pada saat pendirian aliran itu, Zikrullah mengumumkan kenabiannya di atas mimbar Masjid Barokah, Dusun Sampekonan, Desa Labibi, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan. Saat itu, Zikrullah mengaku telah diangkat Allah menjadi nabi meneruskan almarhum ayahnya Ali Taetang Likabu yang juga mengaku sebagai nabi.
3. Dedi Mulyana alias Eyang Ended
berasal dari Banten. Nabi palsu ini sebenarnya malah dukun cabul. ajaran eyang model ajaran agama yang memastikan tentang kiamat dan membolehkan seks bebas. Dan para nabi pun
4. Lia Eden
dengan sekte kerajaan Tuhan berasal dari Jakarta. Lia yang jago buat puisi mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril.
5. Ahmad Moshaddeq
berasal dari jakarta mengaku dirinya mendapat perintah dari Allah untuk menyatakan kerasulannya dan memurnikan ajaran Musa, Isa dan Muhammad atau Din Al-Islam melalui mimpi setelah bertapa selama 40 hari 40 malam di salah satu villanya di Gunung Bunder, Bogor pada 23 Juli 2006.
C. Faktor-Faktor Kemunculan Nabi Palsu Dan Aliran Sesat Di Indonesia
- Faktor Agama
Tidak perlu heran kenapa sekarang muncul aliran-aliran sesat plus nabi-nabi palsu. Ada dua sebabnya; pertama, banyak orang yang awam terhadap agamanya sendiri. Tapi, meski awam, mereka berani menakwilkan ajaran Islam termasuk menakwilkan Al-Qur'an. Hasilnya? Ngaco kuadrat! Karenanya, Nabi SAW mengingatkan kita semua tentang bahayanya kebodohan, "Umatku rusak oleh dua golongan manusia; orang alim yang keji dan orang bodoh yang suka beribadah."
Di Indonesia sebagian kecil orang yang mengaku beragama islam tetapi kurang memahami islam itu sendiri sehingga sebagian kecil orang indonesia mudah tertipu oleh orang yang mengaku Nabi baru dan gampang saja percaya bahwa ada nabi baru setelah nabi Muhammad SAW. Dan juga di Indonesia ada sebagian kecil yang mendalami agama terlalu extrim atau fanatisnya berlebihan sehingga dia berfikir sendiri/ijtihad kearah yang salah.
Selain itu dicurigai tentang adanya kelompok-kelompok yang berkepentingan terhadap munculnya nabi palsu tersebut. Kelompok-kelompok ini sengaja membentuk, membiayai aliran-aliran sesat untuk menghancurkan Islam. Dari isu teroris sampai ke aliran sesat tentu membuat trauma masyarakat kita belajar agama atau ikut pengajian. Sehingga masyarakat kita hanya akan menerima Islam sebagaimana adanya. Ketika ada ajaran Islam yang tidak biasa walaupun itu berasal dari ajaran Islam. Ajaran tersebut akan dicurigai.
Menurut kami alasan seseorang mengikuti suatu ajaran dikarenakan Sesesat-sesaatnya suatu aliran tetap saja mengandung kebenaran walaupun hanya beberapa persen saja. Inilah yang bisa menarik simpati para pengikut ajarannya. Sedangkan ajaran yang sesatnyapun dibuat sehingga sesuai dengan selera pengikutnya. Misalnya tidak shalat dan puasa. Bagi sebagian orang yang malas dengan kedua ibadah ini. Tentu ketika menemukan ajaran ini seolah ada pembenaran dengan kemalasannya. Padahal dalam Al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa Sholat diwajibkan, dalam al-qur’an Allah berfirman;
”Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-nisa [4] :103)
Kemudian Allah berfirman tentang kewajiban berpuasa;
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] :183)
- Faktor Budaya (Culture)
Memiliki sifat terbuka terhadap perkembangan yang masuk dari luar dan tetapi disamping memiliki sifat terbuka masyarakat di Indonesia mudah terpengaruh dengan mengikuti suatu ajaran tampa mempertimbangkan lebih dalam apakah ajaran tersebut benar atau salah.
- Faktor Hukum
Di Indonesia masih kurang tegasnya dalam masalah hukum terhadap orang-orang yang mengaku nabi padahal sebenarya dia palsu, dan apabila ada penyelesaian dalam bidang hukum maka sanksi yang diberikannyapun terhitung tidak tegas da malahan ringan dibandingkan dengan yang telah dia lakukan yakni penistaan agama.
- Faktor Sosial
Kebanyakan yang masuk ke aliran sesat ini disebabkan karena mudah terbujuk rayu oleh ajakan-ajakan yang sifatnya belum tentu membawa kearah yang benar, ajakan-ajakan itu bisa datang dari saudara, teman, atau bahkan dari seorang pacar.
- Faktor Pendidikan
Sebagian kecil kurangnya pendidikan tentang agama sehingga kurangnya pengetahuan tentang agama islam sehingga mudah tersesat dan nabi palsu mudah untuk membujuk tetapi ada juga yang pendidikannya tinggi tetapi dia salah menafsirkan tentang agama sehingga dia menyimpang. adalah mereka merasa ‘terbelenggu’ dengan aturan dan kewajiban yg mesti mereka lakukan di Islam. Sebagai contoh, mereka tidak mau sholat 5 waktu tapi lebih memilih qiyamul lail. Dengan kata lain, mereka memilih hawa nafsu mereka dan tidak mau ‘bercape-cape’ dalam menjalankan syariat.
- Faktor Lingkungan
Dikarenakan lingkungannya telah terprovokasi dan menganut suatu ajaran yang sesat maka seseorang bisa terbawa karena orqang tersebut sudah terbiasa dengan ajaran baru yang ada maka orang tersebut secara tidak langsung akan mengikuti ajaran sesat yang terdapat dilingkungannya, bisa karena ajakan dari orang lain ataupun keinginannya sendiri unuk mengikuti ajaran tersebut dikarenakan ajaran itu sudah berkembang dilingkungannya
D. Dampak Yang Di Timbulkan Dari Kemunculan Nabi Palsu
Dengan maraknya kemunculan nabi-nabi palsu di Indonesia banyak orang-orang yang terjurumus kedalam aliran sesat yang dibawa oleh nabi-nabi palsu ini, dan terjadi ketidakamanan, tentram dan harmonis didalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan sampai-sampai terjadi kekerasan terhadap umat aliran sesat itu. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan dalam islam. Selain hal tersebut dampak lainnya adalah bila orang yang mengikuti ajaran sesat yang didalangi oleh nabi palsu tersebut diketahui oleh masyarakat luas maka mereka akan dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya dan mereka akan diusir oleh masyarakat sekitarnya.
E. Solusi Mencegah Terjerumus Oleh Bujuk Rayu Nabi Palsu
Faktor Agama
- Lebih memahami dan mendalami tentang islam dan alqur’an.
- Tidak mudah percaya dengan ajaran-ajaran yang berkedok dan mengatasnamakan islam yang mengaku memiliki seorang nabi baru.
- Dalam Al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad S.A.W. Allah berfirman bahwa;
” Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],” (QS. Al-Baqarah [2] :2)
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Faktor Budaya (Culture)
- Kita harus dapat memperhatikan dan menelaah terhadap budaya budaya luar yang masuk, karena belum tentu budaya itu baik dan sesuai dengan kita, dan apabila kita mengikutinya kita dapat terjerumus kedalamnya.
Faktor Hukum
- Aparat harus mampu bertindak tegas terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, khususnya masalah agama seperti yang terjadi sekarang ini.
- Pemerintah harus tindak tegas terhadap aliran-aliran agama yang menyesatkan
Faktor Sosial
- Tidak mudah percaya dengan teman yang mengajak kepada sesuatu yang kebenarannya belum bisa dibuktikan khususnya masalah keagamaan.
-
Faktor Pendidikan
- dari hasil pemberitaan di media cetak ataupun televisi ternyata tidak hanya orang yang berlatar belakang pendidikan kurang yang terjerumus kedalam ajaran atau aliran yang sesat, tetapi banyak juga orang–orang yang pada dasarnya memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi ikut-ikutan terjerumus, ini memperlihatkan bahwa ajaran sesat yang disebarkan
-
Faktor Lingkungan
- Kita harus dapat membentengi diri dari pergaulan–pergaulan yang dapat menyesatkan kita.
- Berusaha mempelajari kebenaran dari suatu ajaran yang masuk, perhatikan apakah ajaran itu benar dan sesuai dengan kaidah islam atau tidak sehingga kita tidak terjerumus kadalam aliran yang sesat.
Faktor Ekonomi
- Berusahalah untuk mendapatkan sesuatu dengan bekerja keras dan diakhiri dengan do’a.
- Apabila Allah memberikan cobaan berat, percayalah bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan pada umatNya jika umatNya tidak dapat memikulnya
BAB IV
Kesimpulan
Kesimpulan
- Orang yang terjerumus kepada aliran sesat yang mengikuti dan berpanutan kepada seorang nabi palsu adalah orang yang awam akan agamanya sendiri
- Dicurigai adanya kelompok-kelompok yang berkepentingan terhadap munculnya nabi palsu tersebut. Kelompok-kelompok ini sengaja membentuk, membiayai aliran-aliran sesat untuk menghancurkan Islam.
- Kita harus mengetahui dengan jelas bahwa Rasulullah SAW adalah nabi terakhir tidak ada lagi nabi berikutnya. Pengakuan mereka yang menyatakan diri sebagai nabi lagi bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Allah berfirman bahwa;
” Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],” (QS. Al-Baqarah [2] :2)
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
-
Daftar Pustaka
ALQURAN
ALHADIST
Subhani, Ja’far. 1996. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan Rasulullah Saw. Terjemahan. Jakarta: Litera Antarnusa, Cetakan Ke-14.
Haikal, Muhammad Husain. 1992. Sejarah Hidup Muhammad. Terjemahan. Jakarta: Litera Antarnusa, Cetakan Ke-14.
Muthahhari, Murtadha. 2000. Kenabian Terakhir. Terjemahan. Jakarta: Lentera.
Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI. 2004. ISLAM Doktrin dan Dinamika Umat. Bandung: Value Press,
Chalil, Moenawar. 1964. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad S.A.W . Jakarta: Bulan Bintang. Cetakan Keempat.
http://tausyiah275.blogsome.com/2005/09/20/nabi-nabi-palsu/trackback/ KotaSantri.com
0 komentar:
Posting Komentar