23.27

Implementasi Model Pembelajaran Pencapaian Konsep

Pembelajaran Pencapaian Konsep

1. Pengertian Konsep

Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama (Croser, 1984).
Tiap hari pemakaian terminologi konsep digunakan dalam beberapa cara. Kadang-kadang konsep mengacu pada ide yang dimiliki seseorang, seperti ”Konsep ku bagaimana presiden harus bertindak secara langsung.” Di lain waktu, konsep digunakan seperti hipotesis, contoh, ”Konsep ku adalah kita selalu berdebat karena kita sangat banyak menggunakan embel-embel.” Ketika terminologi konsep digunakan dalam hubungan dengan pengajaran dan belajar, konsep lebih sesuai pada arti dan mengacu pada cara pengetahuan dan pengalaman yang dikategorikan.
Belajar konsep secara esensial ”meletakkan sesuatu ke dalam kelas” dan kemudian dapat mengenali anggota dari kelasnya (R. M. Gagne, 1985, p. 95). Keperluan ini bahwa individu dapat mengambil bagian dari kasus, pada kasus ini kelas mengistilahkan anjing, yang dibagi dalam atribut tertentu. Proses ini memerlukan pembuatan keputusan mengenai apakah bagian kasus (tertentu) adalah sekejap (instan) pada kelas yang luas.

2. Dimensi Konsep
A. Memiliki Definisi atau Label
Semua konsep memiliki nama atau label dan banyak atau sedikit sesuai dengan definisi. Sebagai contoh, secara relatif bagian kecil dari daratan yang dikelilingi oleh air pada seluruh sisinya dilabeli dengan pulau. Label dan definisi mengijinkan pemahaman dan komunikasi yang bermutu dengan yang lainnya menggunakan konsep. Semuanya menyaratkan untuk pengajaran dan belajar konsep.
B. Memiliki Atribut Kritis dan Non-Kritis
Konsep juga memiliki atribut yang mendiskribsikan dan menolong mendefinisikan semuanya. Beberapa atribut ada yang kritis dan digunakan untuk memisahkan satu konsep dari yang lainnya. Sebagai contoh, sebuah segitiga sama sisi adalah segitiga dengan ketiga sisinya sama. Atribut kritisnya bahwa itu harus segitiga dan tiap sisinya harus sama. Segitiga tanpa ketiga sisinya sama bukanlah segitiga sama sisi. Sebagai tambahan, jika konsep adalah subset pada konsep yang luas, kemudian itu juga harus mengandung atribut kritis pada konsep yang luas. Sebuah segitiga sama sisi adalah anggota dari kelas konsep yang disebut segitiga dan harus mengandung semua atribut kritis dari segitiga.
Beberapa atribut bisa ditemukan dalam beberapa anggota tetapi tidak dalam semua anggota kelas. Hal ini disebut dengan atribut nonkritis. Sebagai contoh, ukuran adalah atribut nonkritis dan segitiga sama sisi. Semua konsep memiliki keduanya yaitu atribut kritis dan nonkritis dan itu kadang-kadang sulit bagi siswa untuk membedakan di antara keduanya. Sebagai contoh, konsep burung dalam banyak pikiran manusia secara khusus dihubungkan dengan atribut nonkritis, terbang. Robins, kardinals, elang, dan banyak burung lainnya dapat terbang. Terbang, bagaimanapun, bukan atribut kritis dari burung karena ostriches dan penguin tidak dapat terbang. Fokus secara eksklusif dalam atribut kritis dan jenis anggota dari sebuah kelas kadang-kadang dapat menyebabkan kebingungan ketika belajar konsep baru. Meskipun terbang adalah atribut nonkritis dari burung, itu termasuk tipe dari kebanyakan burung dan harus dijelaskan dalam pengajaran mengenai hal itu.
C. Dapat Ditempatkan ke dalam Kategori
Konsep, seperti kebanyakan objek atau ide lain, dapat dikategorikan dan dilabelkan. Mengetahui perbedaan tipe konsep sangat penting, karena ketika akan diilustrasikan kemudian, perbedaan tipe konsep memerlukan perbedan strategi pengajaran. Salah satu cara pengelompokan konsep menurut struktur aturan yang menggambarkan kegunaan itu.
Beberapa konsep memiliki struktur aturan konstan. Konsep tentang pulau, sebagai contoh, selalu mengandung daratan yang dikelilingi air. Segitiga datar, digambarkan dengan tiga sisi dan tiga sudut. Struktur aturan untuk konsep ini konstan. Atribut kritis ini dikombinasikan dalam cara aditif dan selalu sama. Tipe konsep ini diarahkan pada konsep konjungtif.
Konsep yang lain secara luas dan lebih fleksibel serta mengijinkan seperangkat alternatif atribut. Struktur aturan ini bukan konstan. Sebagai contoh, konsep strike di baseball berdasarkan pada jumlah kondisi alternatif. Strike mungkin ketika memukul (batter) swings dan luput, ketika wasit menentukan yang melempar dalam zona strike meskipun pukulan tidak mengayun (mengenai) bola, atau ketika pukulannya memukul foul ball. Tipe konsep ini disebut konsep disjungtif, artinya, satu mengandung seperangkat alternatif atribut. Konsep kata benda (noun) adalah contoh lain dari konsep disjungtif. Itu mungkin bisa orang, tempat, atau benda, tetapi itu tidak dapat ketiga-tiganya dalam waktu yang sama.
Tipe ketiga dari konsep adalah satu yang struktur aturannya bergantung pada hubungan. Konsep aunt (bibi) menyatakan hubungan tertentu antara saudara kandung (siblings) dan keturunan (offsprings). Konsep waktu (time) dan jarak (distance) juga merupakan konsep relasional. Untuk memahami salah satu dari konsep, satu harus tahu yang lain, ditambah hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, minggu (week) didefinisikan sebagai rangkaian hari yang memiliki titik permulaan satu hari (khususnya minggu) dan titik akhir tujuh hari (khususnya Sabtu) dan jangka waktunya tujuh hari.
Akhirnya, konsep dapat diklasifikasikan sebagai independen atau koordinat. Beberapa konsep memiliki aturan independen dan dapat diajarkan dengan dirinya sendiri. Contoh sebelumnya, seperti pulau dan segitia sama sisi, termasuk dalam kategori independen. Banyak konsep memiliki aturan dependent (bergantung) dan harus diajarkan secara simultan dengan yang lain dengan hubungan yang sangat erat atau konsep koordinat. Contoh konsep koordinat termasuk bapak, ibu, adik, dan kakak, semuanya harus diajarkan dan dimengerti dalam hubungan satu sama lain. Demokrasi adalah konsep koordinat lain yang harus dihubungkan dengan seluruh perangkat yang kompleks seperti rakyat, kekuatan, dan kebebasan. Contoh yang terakhir dari konsep koordinat adalah musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin, yang hanya dapat dimengerti dalam hubungan satu sama lain dan dalam konsep yang lebih besar yaitu musim.
Konsep yang memiliki struktur aturan kompleks seperti disjungtif dan konsep relasional secara normal lebih sulit untuk diajarkan dibandingkan dengan yang sederhana, struktur aturan konstan. Dengan cara yang sama, konsep koordinat lebih sulit untuk diajarkan dibandingkan dengan konsep independen. Itu menolong menjelaskan bagaimana beberapa siswa yang menguasai konsep prasyarat sederhana memeliki kesulitan dengan kerja yang lebih tinggi tentang setiap lapangan subjek.

D. Konsep Dibelajarkan Melalui Contoh dan Non-contoh
Belajar konsep tertentu melibatkan identifikasi keduanya yaitu contoh dan noncontoh. Sebagai contoh, sapi adalah contoh dari hewan tetapi itu noncontoh untuk reptil. Australia adalah contoh dari negara di bumi bagian selatan, tetapi itu noncontoh untuk negara berkembang. Katun dan sutera adalah contoh konsep pabrik, tetapi kulit dan baja noncontoh. Ketika akan didiskribsikan kemudian, cara contoh dan noncontoh sangat penting diidentifikasikan dan digunakan dalam konsep pelajaran.
E. Konsep Dipengaruhi Oleh Konteks Sosial
Atribut kritis dari konsep konjungtif, seperti segitiga sama sisi, ditentukan tanpa dipengaruhi dengan konteks sosial. Akan tetapi, konsep disjungtif dan relasional seperti kemiskinan atau literacy rate berubah dari satu sosial konteks ke yang lainnya. Konsep dengan perubahan atribut kritis sering ditemukan dalam sains behavioral dan sosial serta membutuhkan definisi operasional yang bergantung pada konteks sosial atau lingkungan budaya di mana itu digunakan. Mempertimbangkan konsep bibi (aunt). Di dalam masyarakat, konsep bibi (aunt) atau auntie mengacu pada beberapa orang dewasa dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk merawat anak tertentu dan tidak ada kaitan dengan hubungan darah. Juga mempertimbangkan konsep geografis utara atau selatan ketika berhubungan dengan iklim. Anak-anak di belahan bumi utara diajarkan bahwa ketika satu pergi ke selatan, iklimnya sedang panas (warmer). Sesungguhnya itu tidak akan benar untuk anak-anak di Australia atau Argentina. Label konsep juga dipengaruhi oleh konteks. Di Inggris kaca depan mobil (car’s windshield) disebut windscreen, dan trunk disebut boot. Konsepnya sama, labelnya berbeda.

3. Cara Pemerolehan Konsep
Menurut teori Ausubel (1968), individu memperoleh konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep menyangkut cara materi atau informasi diterima peserta didik. Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah, karena proses perkembangan konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman sepanjang perkembangan individu. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif dan merupakan suatu bentuk belajar menemukan (discovery learning) melalui proses diskriminatif, abstraktif dan diferensiasi. Contoh pemerolehan konsep pada anak adalah ketika anak melihat benda atau orang yang ada di lingkungan terdekatnya. Misalnya, pada saat seorang anak yang baru berumur 2 tahun memanggil Bapak dan Ibunya pertama kali karena setiap hari Bapak dan Ibunya selalu bersama-sama anak tersebut. Anak menyebut diri yang memandikan dan meninabobokkan saat tidur adalah Ibu dan menggendong serta mengajaknya bermain adalah Bapak.
Sedangkan asimilasi konsep menyangkut cara bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang telah ada. Asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai memasuki bangku sekolah. Asimilasi konsep ini terjadi secara deduktif. Biasanya anak diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual, misalnya atribut dari gajah adalah hewan dan belalai. Dengan demikian anak dapat membedakan antara konsep gajah dengan hewan-hewan lain.

4. Tingkat-tingkat Pencapaian Konsep
Empat tingkat pencapaian konsep menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88) adalah sebagai berikut:
1). Tingkat konkret
Pencapaian tingkat ini ditandai dengan adanya pengenalan anak terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Misalnya pada suatu saat anak bermain kelereng dan pada waktu yang lain dengan tempat yang berbeda ia menemukan lagi kelereng, lalu ia bisa mengidentifikasi bahwa itu adalah kelereng maka anak tersebut sudah mencapai tingkat konkret. Dengan demikian dapat dikatakan juga anak mampu membedakan stimulus yang ada di lingkungannya terhadap kelereng tersebut. Pada saat ini anak sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam struktur kognitifnya.
2). Tingkat identitas
Seseorang dapat dikatakan telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek itu, atau bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda. Misalnya mengenal kelereng dengan cara memainkannya, bukan hanya dengan melihatnya lagi.
3). Tingkat klasifikatori
Pada tingkat ini anak sudah mampu mengenal persamaan dari contoh yang berbeda tetapi dari kelas yang sama. Misalnya anak mampu membedakan antara apel yang masak dengan apel yang mentah.
4). Tingkat formal
Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi suatu konsep dengan konsep lain, membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberi nama atribut yang membatasinya, bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh secara verbal.
5. Pendekatan Pengajaran Konsep
Ada banyak pendekatan untuk pengajaran konsep, tetapi tiga basic dasar telah diseleksi untuk bab ini: (1) presentasi langsung (direct presentation), (2) pembentukan konsep (concept formation), dan (3) pencapain konsep (concept attainment).
Pertama, Presentasi Langsung
Pada pendekatan presentasi langsung, guru secara hati-hati menyediakan urutan presentasi expository (penjelasan) dan/atau interrogatory (pemeriksaan) pada konsep, mengandung banyak contoh ilustratif. Dibangun dari kerja Tennyson dan yang lainnya (1983), model ini mengandung beberapa prinsip yang sama dari desain pembelajaran seperti model presentasi pengajaran didiskusikan dalam bab sebelumnya. Pendekatan presentasi langsung untuk pengajaran konsep membuat perbedaan tentang kebiasaan guru yang sesuai berdasarkan pada hakikat konsep yang diajarkan.
Kedua, Pembentukan Konsep
Berdasarkan kerja Hilda Taba (1967), pendekatan ini terutama sekali bermanfaat ketika tujuan belajar mengandung penemuan konsep baru dan pengembangan konsep–strategi pembangunan. Pelajaran pembentukan konsep mengandung pertolongan bagi siswa untuk membedakan properti objek atau kejadian, untuk mengelompokkan properti ini berdasarkan pada unsur umum, dan untuk membentuk kategorinya sendiri dan melabeli skema. Tujuan utamanya adalah pengembangan keahlian membedakan dan mengelompokkan.
Ketiga, Pencapaian Konsep
Dipengaruhi oleh kerja Bruner dan koleganya (1956), pendekatan pencapain konsep digunakan ketika siswa siap dengan beberapa ide mengenai konsep tertentu atau seperangkat konsep. Melalui pertimbangan berbagai contoh dan noncontoh dari konsep tertentu, guru mempromosikan berpikir induktif oleh siswa dan menolong mereka mengawasi proses berpikir mereka.
6. Implementasi Pembelajaran Konsep di SD
Ada 2 strategi utama yang dapat digunakan untuk pembelajaran konsep, yaitu melalui pendekatan inkuiri dan pendekatan ekspositori. Pada pendekakatan inkuiri, para peserta didik dapat diperlihatkan sekelompok benda yang berbeda yang satu sekelompok benda yang merupakan contoh dari konsep yang ingin disampaikan, dan sekelompok benda yang lain merupakan yang bukan contoh dari konsep yang ingin disampaikan. Cara penyampaiannya dapat bermacam-macam dari pengkelompokkan secara tertulis atau melalui bentuk gambar maupun suara. Selanjutnya, para peserta didik diminta untuk melakukan permainan tebak-tebakan. Mereka diminta melengkapi kelompok benda yang merupakan contoh konsep dan juga yang bukan contoh konsep. Mungkin diantara mereka ada yang berhasil mengkategorikan kelompok benda yang contoh dan bukan contoh konsep tersebut, dan adapula yang tidak berhasil. Pada akhirnya, para peserta didik akan tergiring dan termotivasi untuk berfikir dan menemukan contoh-contoh dari konsep yang dimaksud yang mereka kembangkan sendiri. Pendekatan inkuiri lebih cocok digunakan untuk peserta didik di kelas-kelas awal SD, tentunya dengan bimbingan guru.
Strategi kedua untuk mengajarkan konsep adalah dengan pendekatan ekpositori. Berbeda dengan inkuiri, pada pendekatan ekspositori, peserta didik dimotivasi sejak awal untuk menemukan contoh-contoh yang dikembangkannya sendiri untuk mengkategorikan sebuah konsep. Namun demikian, tetap guru harus menjelaskan secara rinci tentang konsep yang dibicarakan. Pendekatan ekspositori lebih sesuai digunakan di kelas-kelas tinggi di SD, karena para siswa di kelas tinggi di SD sudah dapat diajak berpikir detil, dan komprehensif.

0 komentar: