05.42

Makalah Cabang dan Aliran filsafat

Cabang-cabang dan Aliran-aliran Filsafat, serta Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama.
Oleh:
Teni Maryatin, S.Pd
Munasir, S.Pd.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filsafat kerap kali dipandang sebagai ilmu yang abstrak, padahal filsafat ini sangat dekat sekali dengan kehidupan kita. Filsafat bagi sebagian orang merupakan disiplin ilmu yang kurang diminati, karena dianggap sebagai ilmu yang membingungkan. Memang untuk para pembelajar filsafat tingkat pemula biasanya mereka merasa sangat cemas ketika mulai memasuki bidang studi ini. Keraguan dan kecemasan ini biasanya pelan-pelan pudar ketika sudah mulai menekuni bidang ini dan akan terasa lebih menarik lagi ketika sadar bahwa filsafat adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita.
Faktor lain yang menyebabkan orang beranggapan bahwa filsafat itu ilmu yang membingungkan, karena dalam mempelajari filsafat kita diarahkan untuk menggunakan metode berpikir dalam memahami bidang kajian ilmu tersebut. Berbicara tentang berpikir sesungguhnya erat kaitannya dengan penggunaan sebuah potensi terpenting yang dianugerahkan Allah SWT kepada satu-satunya makhluk yang disebut manusia. Potensi terpenting yang dimaksud di sini adalah akal .
Dalam Al-Qur'an kata akal (al'alqlu) diungkapkan dalam kata kerja, yaitu 'aqaluh 1 ayat, ta'qilun 24 ayat, na'qilun 1 ayat, ya'qiluha 1 ayat dan ya'qilun 22 ayat. Semua diungkap dalam bentuk kata kerja (fi'il) yang mengandung arti memahami dan mengerti. Selain itu penggunaan kata akal dalam maknanya sebagai sifat berpikir yang terdapat pada manusia di dalam Al-Qur'an sering juga disamakan dengan kata 'ulu al albab (orang berpikir), 'ulul al abshar (orang berpandangan) dan kata-kata lainnya yang mengandung arti sama yaitu berpikir.
( Sofyan Sauri, 2006: 23-26).
Salah satu contoh ayat al-Qur'an yang di dalamnya terdapat kata akal sebagai sarana untuk berpikir adalah firman Allah SWT : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. Ali-Imran : 190).
Menafakkuri ayat di atas, sebagai manusia yang telah dianugerahi Allah potensi yang berharga yaitu akal, kita seyogyanya dapat mengoptimalkan potensi tersebut. Salah satu upaya optimalisasi potensi akal tersebut adalah dengan mempelajari salah satu bidang ilmu yang memang banyak melibatkan akal sebagai alat untuk berpikir yaitu filsafat.
Kajian filsafat itu sendiri sebetulnya bertujuan untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu yang kemudian biasanya mempermudah kita untuk mempelajari filsafat ini secara rinci. Sistematika filsafat biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Dari ketiga cabang besar tersebut lahirlah aliran-aliran dalam filsafat. (Tafsir, 2002 : 21)
Oleh karena itu, melalui makalah ini penyusun mencoba menguraikan secara sistematis bidang kajian filsafat yang intinya berisi tentang cabang-cabang besar dari teori-teori di atas dan membahas secara garis besar mengenai aliran-aliran dalam filsafat disertai bagaimana jalinan tiga disipilin ilmu yaitu pengetahuan, filsafat dan agama.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apa saja cabang-cabang filsafat itu ?
  2. Apa saja aliran-aliran dalam filsafat itu ?
  3. Bagaimana jalinan antara ilmu, filsafat dan agama ?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum, makalah ini disusun untuk menjelaskan secara garis besar bidang kajian filsafat. Sedangkan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
  1. Mengetahui cabang-cabang filsafat
  2. Mengetahui aliran-aliran filsafat
  3. Mengetahui jalinan ilmu, filsafat dan agama
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan metode analisis deskriptif dan kajian pustaka.
Sistematika Uraian
Sistematika penyusunan makalah ini adalah terdiri atas : BAB I yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika uraian; BAB II berisi tentang cabang-cabang, aliran-alairan dalam filsafat serta jalinan antara ilmu, filsafat dan agama; BAB III berisi kesimpulan tentang permasalahan sekitar filsafat dan pentingnya mempelajari filsafat serta garis besar bidang kajian filsafat.

BAB II
CABANG-CABANG FILSAFAT; ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT; JALINAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA

A. Cabang-cabang Filsafat
Menguraikan tentang cabang-cabang filsafat, penyusun mencoba menuangkan hasil bacaan yang bersumber pada dua buah buku yang menjadi referensi utama, yaitu buku “Filsafat Umum” yang ditulis Tafsir (2002) dan buku “Aliran-aliran Filsafat dan Etika” yang ditulis oleh Juhaya (2005).
Mempelajari filsafat memang dirasakan sangat berguna untuk memahami bagaimana manusia berpikir. Pemikiran manusia sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh aliran filsafat yang dianut serta yang dipahaminya. Mengingat pemikiran filsafat sangat beragam, maka cara mudah mempelajarinya adalah dengan mengklasifikasi aliran-aliran utamanya.
Secara pokok sebenarnya bidang kajian filsafat berkisar pada tiga cabang besar filsafat, yaitu : (a) Teori pengetahuan; (b) Teori hakikat; (c) Teori Nilai. Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan yang memiliki cabang lagi yaitu epistemologi dan logika; teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri yang kemudian disebut ontologi; dan teori nilai membicarakan guna pengetahuan yang disebut axiologi. Dari tiga cabang besar tersebut lahirlah cabang-cabang baru yang merupakan anak cabang yang kemudian melahirkan adanya aliran-aliran dalam filsafat.
Penjelasan mengenai aliran-aliran filsafat secara rinci akan diuraikan pada bagian selanjutnya. Namun sebelum sampai kepada aliran-aliran filsafat, tentunya secara sistematis kita harus mengulas ketiga cabang besar diatas agar lebih memahami bagaimana objek kajian filsafat itu sebenarnya. Ketiga cabang besar itu yakni :
Pertama, teori pengetahuan atau disebut dengan epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logy, episteme berarti knowledge atau pengetahuan dan logy berati teori. Oleh sebab itu epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan atau filsafat ilmu. Istilah epistemologi ini untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrrier pada tahun 1854. Dalam buku Filsafat Umum yang ditulis oleh Tafsir (2002), Runes menjelaskan dalam kamusnya (1971) epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge (Runes, 1971:94).
Secara ringkas pengertian epistemologi yang diungkapkan oleh Runes diatas mirip dengan inti pengertian yang disampaikan Juhaya (2005) dalam bukunya “Aliran-aliran Filsafat dan Etika”, terdapat empat persoalan pokok bidang epistemologi tersebut yaitu : Apa pengetahuan itu? Apa sumber-sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya? Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)?
Adapun logika dilihat dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasa Yunani logike (kata sifat) yang berhubungan kata benda logo yang artinya pikiran atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Logika secara terminologi mempunyai arti : ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid (shahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti suapaya dapat berpikir valid.
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang dikembangkan oleh Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar memperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika: logika formal dan logika material. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengatahuan yang benar, mka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material. Logika mempunyai faedah tidak hanya untuk berfilsafat tapi juga dalam bidang lainnya. Faidah itu diantaranya : (a) logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan; (b) logika menambah daya berpikir abstrak dan melatih cara mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual; (c) logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan autoriti.
Kedua, teori hakikat yaitu merupakan cabang filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu. Hakikak artinya keadaaan yang sebenarnya, hakikat sebenarnya adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan sementara yang selalu berubah. Contoh tentang hakikat air. Air itu jika didinginkan sampai titik nol derajat celcius maka ia akan membeku, jika dipanaskan maka ia akan menguap. Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain. Cabang-cabang inilah yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang akan dibahas juga pada halaman selanjutnya.
Ketiga, teori nilai yaitu merupakan kerangka ketiga dalam ketiga dalam tiga kerangka besar filsafat. Sebelum menjelaskan teori nilai, kita ungkap terlebih dahulu apa itu nilai. Nilai artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang melekat pada benda dan bukan di luar benda. Teori nilai ini mencakup dua cabang filsafat yang cukup terkenal yaitu : Etika dan Estetika. Etika membicarakan soal baik-buruk perbuatan manusia. Sedangkan Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum.
Tentunya pada kesempatan ini, teori nilai tidak akan dibahas secara rinci karena secara umum teori nilai banyak berbicara tugas etika, sifat dasar etika, objek etika, metode etika serta pendekatan-pendekatanya, dan macam-macam etika serta dan secara umum penjelasan estetika yang akan lebih dirinci diuraikan lagi dalam pembahasan filsafat etika dan aliran-alirannya.
Dalam referensi lain yang penyusun temukan melalui internet, cabang-cabang filsafat ini dibicarakan lebih spesifik oleh para pemerhati filsafat, diantara ada yang membagi filsafat ini kedalam :
  1. Filsafat Alam, Obyeknya: alam kehidupan dan alam bukan kehidupan. Tujuannya: menjelaskan fenomena alam dari aspek eksistensi fenomena tersebut dan menelusuri syarat-syarat kemungkinan.
  2. Filsafat Analitis, yaitu Ilmu memusatkan perhatian pada bahasa dan upaya untuk menganalisis pernyataan (konsep, atau ungkapan kebahasaan aatau bentuk-bentuk logis. Tujuannya ialah untuk menemukan pernyataan-pernyataan yang berbentuk logis dan ringkas dan yang terbaik, yang cocok dengan fakta atau arti yang disajikan,
  3. Filsafat Bahasa Sehari-hari, yaitu yang berpandangan bahwa dengan menganalisis bahasa biasa (makna, implikasi, bentuk dan fungsinya) kita dapat memperlihatkan kebenaran mengenai kenyataan. Dengan analisis bahasa biasa kita dapat memahami masalah pokok filsafat dan sekaligus dapat memecahkannya.
  4. Filsafat Gestalt .yaitu salah satu pandangan filsafat ini berpandangan bahwa realitas merupakan dunia tempat organisme fisik memberikan tanggapan dalam proses mengatur struktur-struktur atau keseluruhan yang diamati.
  5. Filsafat Kebudayaan, yaitu filsafat yang memberikan gambaran keseluruhan mengenai gejala kebudayaan (bentuk, nilai dan kreasinya). Tugasnya untuk menyelidiki hakekat kebudayaan, memahaminya berdasarkan sebab-sebab dan kondisi-kondisinya yang esensial. Filsafat ini juga bertugas untuk menjabarkan pada tujuan-tujuannya yang paling mendasar dan karena itu juga menemukan arah dan luas perkembangan budaya.
  6. Filsafat Kehidupan, yaitu filsafat kehidupan dalam bahasa sehari-hari yang berarti (1) cara tau pandangan hidup. Dan ini bertujuan mengatur segalanya secara praktis. (2) Etika sebagai ilmu yang berbicara mengenai tujuan dan kaidah-kaidah kehidupan dapat juga disebut sebagai filsafat kehidupan.

B. Aliran-aliran dalam Filsafat
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa aliran-aliran dalam filsafat ini terlahir dari cabang-cabang besar atau teori-teori yang menjadi kajian utama bidang filsafat. Dari teori pengetahuan lahir cabang epistemologi. Persoalan pertama dalam epistemologi seperti diterangkan diatas adalah tentang apa pengetahuan itu?. Pengetahuan adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat mengetahui sesuatu yang asalnya tidak ia ketahui. (Juhaya, 2005: 9).
Selanjutnya persoalan kedua adalah tentang sumber pengetahuan manusia, yang kemudian lahir aliran-aliran dalam filsafat. Menurut Louis Q. Kattsof dalam buku yang sama mengatakan bahwa sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu : (1) Empiris yang kemudian melahirkan aliran empirisme; (2) Rasio yang melahirkan aliran rasionalisme; (3) Fenomena yang melahirkan aliran fenomenologi; (4) Instuisi yang melahirkan aliran instuisme; dan (5) Metode ilmiah yang merupakan gabungan antara aliran rasialisme dan empirisme. Metode ilmiah inilah yang kemudian mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh universitas di dunia ini.
Mari kita uraikan lagi kelima aliran-aliran tersebut diatas yang sebenarnya merupakan pokok yang menjadi fokus uraian kita pada kesempatan ini. Aliran- aliran itu adalah :
  • Aliran Empirisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu adalah pengalaman inderawi. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704), analogi dari aliran ini menyebutkan bahwa es itu membeku dan dingin, karena secara pengalaman inderawi es itu dapat dilihat bentuknya beku dan rasanya dingin. Dari disinilah dapat disimpulkan bahwa menurut aliran empirisme pengetahuan itu didapat dengan perantaraan inderawi atau pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai, tetapi aliran ini mempunyai kelamahan karena sebetulnya inderawi memiliki keterbatasan dan terkadang menipu. Dari kelemahan ini muncul aliran kedua yatiu aliran Rasionalisme.
  • Aliran Rasionalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Rene Descartes (1596 – 1650). Aliran ini muncul karena koreksi dari aliran Empirisme menurut kacamata aliran ini manusia akan sampai pada kebenaran semata-mata karena akal, inderawi menurut aliran Rasionalisme hanyalah merupakan bahan yang belum jelas, akal-lah yang kemudian mengatur bahan tersebut sehingga membentuk pengetahuan yang benar. Analogi menurut aliran ini adalah kenapa benda yang jauh akan kelihatan kecil ?, karena secara akal bayangan yang jatuh dimata akan kecil atau contoh analogi lain kenapa gula terasa pahit bagi orang yang demam, karena lidah orang yang sakit demam itu tidak normal.
  • Aliran Fenomenalisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan didasarkan pada sebab akibat yang merupakan hubungan yang bersifat niscaya dan ditampakan oleh sebuah gejala (Pehenomenon). Tokoh aliran ini adalah Imanuel Kant yaitu seorang filosof Jerman ( abad ke-18) analogi dari aliran ini adalah tetang bagaimana memperoleh pengetahuan bahwa kuman itu menyebabkan penyakit tifus, orang yang menderita demam tifus disebabkan oleh kuman yang masuk dalam diri orang tersebut.
  • Aliran Instuisme, yatiu aliran yang berpendapat lahirnya pengetahuan yang lengkap dan utuh tidak hanya diperoleh melalui indera dan akal tetapi butuh juga instuisi utuk menangkap keseluruhan objek pengetahuan. Tokoh aliran ini adalah Henri Bergson (1859 – 1941), aliran ini mirip dengan aliran Iluminasionesme atau Teori Kasyf dalam ajaran Islam yaitu pengetahuan langsung dari Tuhan yang hanya bisa diterima apabila hatinya telah bersih. Pengetahuan itu bisa didapat melalui latihan atau “riyadhah”. Contoh dari intuisi atau pengetahuan tingkat tinggi ini yang dimiliki oleh Nabi SAW (atas izin Allah) dapat melihat atau mengetahui hal-hal yang ghaib, dapat mendengar orang yang disiksa di alam kubur, menghitung tiang-tiang mesjid Al Aqsha dan sebagainya.
Metode Ilmiah, yaitu sebuah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Metode ilmiah ini merupakan suatu metode yang menggabungkan antara pengalaman dan akal sebagai pendekatan bersama dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaian-penyelesaian yang disarankan. Metode ilmiah diawali dengan melalui pengamatan-pengamatan yang selanjutnya dilakukan hipotesis. Sifat yang menonjol dari dari metode illmiah ialah digunakannya akal dan pengalaman disertai dengan sebuah unsur baru yaitu hipotesis tadi. Bila suatu hipotesis dikukuhkan kebenarannnya oleh contoh-contoh yang banyak jumlahnya, maka hipotesis tersebut kemudian dapat dipandang sebagai hukum. Metode ilmiah ini pernah di praktekkan oleh seorang ahli Astronomi yang bernama Kepler yang melakukan pengamatan tentang posisi planet Mars.
Dalam buku Filsafat Ilmu yang ditulis oleh Tafsir (2002), beliau memasukkkan aliran aliran Positivisme kedalam kelompok pengetahuan dari cabang epistemologi. Menurut beliau aliran Positisme lahir karena merupakan gabungan antara aliran-aliran empirisme dan rasionalisme yang sudah diuraikan diatas juga menyempurnakan kedua aliran tersebut. Tokoh aliran ini adalah August Compte (1798-1857) yang merupakan penganut aliran empirisme.
Aliran inilah melahirkan science knowledge (sains/ilmu pengetahuan). Menurut aliran ini kebenaran dapat diperoleh dengan akal didukung oleh bukti-bukti empiris yang diukur dan diperkuat serta dipertajam oleh eksperimen. Analogi dari aliran ini misalnya tentang panas dapat diukur dengan derajat (termometer), jauh dapat diukur dengan meteran, berat-ringan dapat diukur oleh timbangan.
Kajian pokok filsafat yang kedua adalah teori hakikat. Teori hakikat mempunyai cabang-cabang yaitu : Ontologi, Kosmologi, Antropologi, Theodecia, Filsafat Agama, Filsafat Hukum, Filsafat Pendidikan dan lain-lain.
Selanjutnya dari teori hakikat atau muncul yang disebut dengan ontologi. Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu : (1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran Agnoticisme.
Berikutnya kita akan membahas keempat aliran tersebut, yakni :
  1. Aliran Materialisme, adalah aliran yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu sendiri, begitu pula yang lainnnya. Jadi menurut aliran ini materilah yang hakikat;
  2. Aliran Idealisme, adalah suatu pandangan dunia atau metafisika yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran, atau jiwa. Dunia menurut aliaran ini dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-hukum pikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metode ilmu objek semata-mata. Prinsip pokok dari idealisme adalah kesatuan organik, jadi kesimpulannya menurut aliran ini yang hakikat itu adalah ruh atau ide sedangkan materi bukan hakikat;
  3. Aliran Dualisme, adalah aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat.materi muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang tersebut.
  4. Aliran Agnoticisme, adalah alirn yang mengatkan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat tentang sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
Demikian aliran-aliran yang dilahirkan oleh ontologi yang merupakan salah satu cabang besar yang memiliki aliran-aliran berbeda dengan kosmologi dan antropologi yang kedua-duanya tidak memiliki cabang-cabang secara terinci.
Kosmologi itu sendiri intinya merupakan cabang filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, dan hakikat perubahan serta tujuan akhir dari jagat raya/alam besar (kosmos). Tentang kosmologi ini ada spekulasi teori kabut, teori pasang, teori ledakan dahsyat tentang susunan kosmos ada teori geosentris dan teori heliosentris.
Sedangkan Antropologi membicarakan hakikat manusia dari segi filsafat. Misalnya muncul pertanyaan : Apa manusia itu/, Apa dan dari mana asalnya?, apa akhir dan tujuannya?. Menurut filsafat mengenai asal manusia berdasarkan aliran materialisme adalah materi, sedangkan menurut aliran idealisme hidup manusai berasal dari Yang Hidup.
Filsafat yang membicarakan Tuhan adalah Theodicea atau Theologika, yaitu membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal): untuk membedakannya dari pembicaraan Tuhan dari segi wahyu dan iman, yang pertama itu sering disebut teologi naturalis (membicarakan Tuhan dari segi akal).
Selanjutnya mengenai fisafat agama, filsafat hukum dan filsafat pendidikan lebih lanjut dijelaskan secara spesifik dalam pembahasan tersendiri yang biasanya sudah menjadi disiplin ilmu yang menjadi kajian utama dalam perkuliahan.

C. Jalinan Ilmu, Filsafat dan Agama
Sebelum membahas bagaimana jalinan antara ilmu, filsafat dan agama, alangkah baiknya apabila kita mencoba kembali mengungkap definisi dari ilmu, filsafat dan agama tersebut walaupun sebenarnya sulit sekali mengungkap sebuah definisi karena biasanya dipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang orang yang akan membuat definisi tersebut. Demikian yang diungkapkan Juhaya (2005) ketika beliau akan memberikan definisi-definisi tentang ilmu, filsafat dan agama.
Dalam bukunya yang berjudul Aliran-aliran Filsafat dan Etika beliau membuat definisi tentang ilmu, filsafat dan agama. Menurut beliau yang dimaksud dengan ilmu adalah sesuatu yang melekat pada manusia di mana ia dapat mengetahui sesuatu yang asalnya tidak ia ketahui. Jadi secara umum sebenarnya ilmu itu berarti tahu/pengetahuan. Seseorang yang banyak ilmunya bisa dikatakan sebagai seorang ilmuwan, ulama, ahli pengetahuan dan sebagainya. Pada dasarnya ilmu/pengetahuan mempunyai tiga kriteria, yaitu ; (a) adanya suatu sistem gagasan dalam pikiran;(b) persesuaian antara gagasan itu dengan benda-benda sebenarnya; dan (c) adanya keyakinan tentang persesuaian itu.
Adapun filsafat mempunyai arti yang diambil dari kata Philosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata Philos yang artinya cinta atau suka dan shopia artinya bijaksana. Dengan demikian kata filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya disebut Philosopher atau Failasuf. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam diantaranya yang diungkapkan Al-Farabi (wafat 950 M) seorang filsuf Muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat sebenarnya.
Sedangkan agama memiliki arti yang berasal dari bahasa sansakerta yaitu a-gama, a=tidak; gama=kacau; agama berarti tidak kacau. Dalam arti luas agama mempunyai makna bahwa manusia yang beragama atau menjalankan aturan agama maka hidupnya tidak akan kacau balau.
Lalu bagaimana sebetulnya jalinan antara ilmu, filsafat dan agama? Marilah kita kaji dimana titik temu antara ilmu dengan filsafat dan titik temu antara agama dan filsafat. Ada beberapa hal dimana filsafat dan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu. Dalam beberapa abad terakhir, filsafat telah mengembangkan kerja sama yang baik dengan ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya menggunakan metode pemikiran reflektif dalam usaha untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak memihak, untuk mengetahui hakikat kebenaran. Mereka berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang teratur.
Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual yang sangat penting untuk membangun filsafat, ilmu pengetahuan juga melakukan pengecekan terhadap filsafat, dengan menghilangakan ide-ide yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sementara filsafat mengambil pengetahuan yang terpotong-potong dari berbagai ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan hidup yang lebih sempurna dan terpadu. Sebagai contoh tentang konsep evolusi mendorong kita untuk meninjau kembalai pemikiran kita hampir dalam segala bidang.
Kesimpulannya kontribusi yang lebih jauh yang diberikan filsafat terhadap ilmu pengetahuan adalah kritik tentang asumsi, postulat ilmu dan analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai. Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan penjelasan-penjelasan dan ari-arti dari objeknya masing-masing. Banyak filsuf yang mendapat pendidikan tentang metode ilmiah dan meraka saling memupuk perhatian dalam beberapa disiplin ilmu.
Dalam perjalanannya filsafat dengan ilmu juga terkadang memiliki pertentangan pada kecondongan atau titik penekanan, bukan pada penekanan yang mutlak. Penekanan itu dapat dilihat dari perbedaan-perbedaan berikut ini, yaitu :
  • Ilmu-ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba melayani seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif tidak ekslusif;
  • Ilmu lebih analitik dan lebih deskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik;
  • Ilmu menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya; sedangkan filsafat berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesa yang interpretatif;
  • Jika ilmu berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor pribadi, sedangkan filsafat lebih mementingkan personalitas, nilai-nilai dan juga bidang pengalaman;
  • Ilmu lebih menekankan kebenaran yang bersifat logis dan objektif, sedangkan filsafat bersifat radikal dan subjektif;
Adapun titik temu antara agama dan filsafat adalah baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama Samawi, yaitu agama yang diwahyukan tuhan kepada nabi dan rosul-Nya.
Dibalik persamaan itu terdapat pula perbedaan antara keduanya. Dalam agama ada hal-hal yang penting, misalnya Tuhan, kebijakan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lain-lain. Hal-hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena hal-hal tersebut ada-atau paling tidak-mungkin ada, karena objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada.
Alasan filsafat untuk menerima kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penyelidikan sendiri, hasil pikiran belaka. Filsafat tidak mengingkari atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Lapangan filsafat dan agama dalam beberapa hal mungkin sama, akan tetapi dasarnya amat berlainan. Tegasnya akan kita lihat perbedaan-perbedaan antara agama dan filsafat sebagai berikut :
  • Filsafat berdasarkan pikiran belaka, sedangkan agama berdasarkan wahyu ilahi, oleh karena itu agama sering juga disebut kepercayaan alasannya karena yang diwahyukan oleh Tuhan haruslah dipercayai;
  • Dalam filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki, manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan bathin, sedangkan dalam agama untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman;
  • Agama beralatkan kepercayaan, sedangkan filsafat berdasarkan penelitian.
Demikianlah antara ilmu, filsafat dan agama sebenarnya mempunyai jalinan dan saling berhubungan satu sama lain yang memiliki kesamaan yaitu mencari hakikat kebenaran, meski ada beberapa perbedaan terutama yang berkaitan dengan objek forma, sumber, cara pandang, hasil serta alat ukurnya.
Titik temu dari ketiga disiplin ilmu itu adalah bahwa ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen dan pengalaman inderawi kemudian filsafat berusaha menghubungkan penemuan-penemuan ilmu dengan maksud menemukan hakikat kebenaran dan Agama menentukan arah dalam mendapatkan kebenaran yang hakiki itu berlandaskan pada keyakinan dan keimanan.
Secara ringkas jalinan ilmu, filsafat dan agama dapat digambarkan sebagai berikut :





BAB III
KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah sebuah ilmu yang sebenarnya bisa dipelajari oleh semua orang. Walaupun memang sedikit rumit bagi sebagian anggapan orang tentang filsafat, tetapi apabila kita dapat mempelajarinya secara sistematik, maka akan didapat pemahaman yang komprehensif mengenai filsafat tersebut.
Bidang kajian filsafat secara umum dapat dibagi ke dalam tiga cabang besar yaitu : teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Dari ketiga teori tersebut lahirlah cabang-cabang yang kemudian di kembangkan oleh para ahli filsafat menjadi aliran yang bermacam-macam.
Filsafat dalam perkembangannya erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan agama, sehingga terjadinya jalinan yang kuat antara ketiga disiplin ilmu tersebut. ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen dan pengalaman inderawi kemudian filsafat berusaha menghubungkan penemuan-penemuan ilmu dengan maksud menemukan hakikat kebenaran dan Agama menentukan arah dalam mendapatkan kebenaran yang hakiki itu berlandaskan pada keyakinan dan keimanan.
Akhirnya sebagai manusia yang dianugerahi potensi berharga yaitu akal, sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT dengan mendaya gunakan segala potensi yang dimiliki oleh akal tersebut melalui belajar filsafat, karena dengan filsafat tersebut kita sebagai manusia mampu berfikir, bernalar dan memahami diri serta lingkungannya, dan berefleksi tentang bagaimana kita sebagai seorang manusia memandang dunia dan menata kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahnya. (1989). Departemen Agama Republik Indonesia
Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. Pendidikan Berbahasa Santun. (2006) Bandung : PT Genesindo
Juhaya S. Praja, Prof. Dr. Aliran-aliran dalam Filsafat dan Etika. (2005). Jakarta : Prenada Media.
Tafsir, A. (2002). Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
S. Suriasumatri, J. (2003). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Kebung, K. (2008). Filsafat dan Perwujudan Diri; Belajar Filsafat dan Berfilsafat. [Online]. Tersedia: http://eputobi.net/eputobi/konrad/temp/ filsafatdanberfilsafat.htm [4 September 2008]
Liang Gie, T. (1996). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Sonny Keraf, A & Dua, M. (2001). Ilmu Pengetahuan, Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.



















0 komentar: